Sharing for learn...

Rabu, 30 Juli 2014

Old Times Brings Memories

Rabu, Juli 30, 2014 Posted by ./rex No comments
aku berlari lari mengejar mobilku..
mengikuti kata hatiku..
mobilku nomor 1
sumber cahaya yang slalu kucinta….
DASH! mobilku nomor 1, mobilku tak pernah kalah!
DASH DASH DASH!

Teringat masa kecil saya yang kurang berbahagia hehe.. Nostalgia ndeso sedikit ke masa lalu, saat saya masih kecil dulu ada film yang sering sekali diputar di TV (yang waktu itu hanya satu-satunya), DASH! Yonkuro. Film yang menceritakan kisah seorang anak dan teman-temannya dalam race mobil mini 4WD, booming banget waktu itu filmnya, dan saya termasuk salah satu korbannya hehehe..

Segala macam merchandise laku keras, mobil-mobilan mini 4WD ibarat kacang goreng di pasaran mainan anak-anak, saya pribadi pun punya 6 mobil 4WD yang berbeda, hehehe.. Tidak hanya itu, sirkuit mini 4WD pun menjamur dimana-mana, anak-anak tidak dikatakan gaul kalau nggak punya mobil yang cepet, dinamo murahan kelaut aje, semua anak-anak punya standar yang sama yaitu mobil diukur dari kecepatan dan mahalnya spareparts, permainan berubah menjadi perlombaan dan kompetisi yang menonjolkan persaingan bukan fun dan happines.

Pikir-pikir, lucu juga, dulu demi menonton 4WD saya bolos dan nggak mau diajak ke gereja (waktu itu masih jahiliyyah :D ), duit rela dipake nggak makan demi beli mini 4WD dan sparepartsnya, sekolah pun dibela-belain bolos demi mainan balapan, orang-orang yang ditemui di sirkuit mini 4WD tiba-tiba menjadi teman dekat padahal awalnya belum kenal sama sekali.

Lucunya, begitu trend berubah dari mini 4wD ke tamagotchi (sejenis binatang peliharaan digital), maka semuanya hilang begitu saja, berganti begitu saja.. hehehehe..

Sekarang banyak yang berubah, bila dulu demi mini 4WD saya mengorbankan segalanya, sekarang tidak ada yang menarik dan membuat say abergairah kecuali dakwah fil Islam, ketika masih mahasiswa, kita rela menyambangi ustadz favorit dan kajian favorit walaupun harus ganti angkot 3x, kita rela nggak makan demi beli buku kajian Islam yang baru terbit, orang-orang yang ditemui dalam medan dakwah dalam sekejap menjadi teman walaupun tidak pernah ada ikatan darah, perdangan dan ikatan kerabat, kuliah kita nomorduakan dibanding menyampaikan Islam.. hehehehe…

Benarlah kata ulama besar, syaikh Taqiyuddin an-Nabhani (semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya pada beliau), bahwa setiap perbuatan manusia tergantung pada pemahamannya tentang aktivitas itu. Dan pemahaman ini ditentukan oleh cara berfikir seseorang, dan cara berfikir seseorang tergantung pada informasi yang dia gunakan dan bagaimana cara mengolah informasi tersebut.

Ini rumusnya:
Kualitas Informasi x Kuantitas Informasi + Otak + Indera + Fakta = Berfikir
Berfikir + Aqidah = Pemahaman
Pemahaman + Keyakinan = Aktivitas

Banyak orang yang menanyakan, kenapa walaupun orang sudah mengetahui sesuatu itu salah tapi masih banyak juga yang melakukan sesuatu yang salah?, nah itulah jawabannya: there is a huge difference between knowing and understanding. Tahu dan paham dalah dua kata yang sangat jauh perbedaannya, lebih jelas lagi, pemahaman adalah pengetahuan yang diyakini kebenarannya. Dan itulah yang akan men-drive seluruh perbuatan manusia dan kecenderungannya.

Dan pemahaman ini ditentukan oleh cara berfikir, dan cara berfikir sangat ditentukan oleh informasi yang dimiliki sebelumnya. Karena itu, bila kita ingin mengganti aktivitas seseorang dari rendah menjadi kuhur, maka mau tidak mau kita harus mengganti informasinya terlebih dahulu (mutabanat banget nih kata-katanya hehehe..)

Ada dua hal yang menjadikan kita bisa mengganti pemahaman seseorang, yaitu yang pertama; Kuantitas informasi, ok kita adakan percobaan, bila saya menanyakan kepada Anda “Makan apa saja minumnya?!” maka yang anda pikirkan pasti “Teh B**** S****!” hehehehe… itulah kuatnya kuantitas informasi, sesuatu yang kita dengar, lihat dan lakukan terus menerus akan membatu dan tanpa sadar menjadi kecenderungan dan cara mempengaruhi berfikir kita. Seseorang yang tinggak di Arab akan lebih mudah berbahasa arab. Bila kita memiliki teman-teman yang bandel dan rendah, tanpa sadar kita akan mengikuti cara berfikir mereka. Begitu pula ide khilafah dan syariah akan membumi dna menjadi solusi bagi manusia apabila ia terus menerus didengungkan dan dibicarakan. Salah besar pendapat yang mengatakan bahwa karena masyarakat belum siap lantas kita tidak membicarakan ide syariah dan khilafah. Justru karena masyarakat belum siaplah maka kita harus menyamoaikan lebih banyak lagi tentang ide syariah dan khilafah. Lha, kalo masyarakat sudah siap, maka untuk apa kita membicarakannya?! hehehe…

yang kedua adalah kualitas informasi, nah yang ini berkaitan dengan retorika dan dalil. contoh yang sangat nyata adalah perdebatan raja Namrud dan nabi Ibrahim

Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” orang itu berkata: “Saya dapat menghidupkan dan mematikan”. Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,” lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim (TQS al-Baqarah [2]: 258).

Inilah contoh kualitas dakwah yang bisa membuat raja Namrudz yang sombong terdiam. Sama dalam dakwah kita mewujudkan syariah dan khilafah, kita tidak biosa merasa cukup dengan apa yang kita punya pada saat ini, karena dunia terus berubah, maka kitapun harus terus berubah dan bertambah kualitas dakwahnya agar kita semakin mampu melaksanakan dakwah dengan maksimal, kemampuan bahasa arab, teknik komunikasi, semangat dan inspirasi, teknik retorika, manajemen dakwah, adalah suatu kemampuan yang selalu harus ditambah oleh hamilud dakwah, khususnya yang ingin mengembalikan kehidupan Islam ketengah-tengah masyarakat.

Nah inilah dua hal yang mempengaruhi proses berfikir, lalu menghasilkan pemahaman dan akhirnya mewujud dalam suatu aktivitas.. Jadi, selama kita bisa meneriakkan kebenaran maka jangan buang waktu dan jangan ragu, sesungguhnya kualitas dan kuantitas dakwah-lah yang akan menentukan datang tidaknya pertolongan Allah kepada kita!

Akhirul kalam,..

Aku berlari-lari mengejar surga-Mu,
mengikuti kalam al-Qur’an
Allah-ku hanya satu..
Sumber cahaya yang slalu kucinta…
DASH! Islamku nomor satu, Islamku tak pernah kalah..
DASH DASH DASH!


Source http://goo.gl/9w5DBX

Islamic Unity; Natural Consequences of Islamic Global Leadership

Rabu, Juli 30, 2014 Posted by ./rex No comments
Banyak pertanyaan yang muncul setelah saya menjelaskan tentang khilafah dan syariah, dan termasuk dari FAQ adalah pertanyaan: “mungkinkah ummat Islam bersatu?!, padahal keadaan mereka tercerai berai seperti sekarang?” dan senada dengan itu pertanyaan yang lain: “Semua partai mengklaim dirinya paling benar, dan persatuan Islam tidak akan terjadi selama partai-partai belum bersatu, lalu kapankah kita akan bersatu?”

Pengertian al-Jama’ah Sebagai pembahasan awal, saya ingin menyitir firman Allah dalam al-Qur’an yang mensyaratkan agar kaum muslim semuanya bersatu dalam satu wadah dan ikatan, dan melarangnya dengan tegas untuk bercerai berai.

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah secara berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai berai (TQS ali-Imraan [3]: 103)

Perintah untuk mengikatkan diri dalam satu ikatan dan wadah juga ditegaskan kembali dalam hadits rasulullah saw. yang sangat terkenal

ألا و إن من قبلكم من أهل الكتاب افترقوا على ثنتين و سبعين ملة، و إن هذه الملة ستفترق على ثلاثِ و سبعين : ثنتان و سبعون في النار ، وواحدة في الجنة، و هي الجماعة

Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahli kitab telah berpecah belah menjadi 72 golongan. Dan sesungguhnya agama ini (Islam) akan berpecah belah menjadi 73 golongan, 72 golongan tempatnya di dalam Neraka dan 1 golongan di dalam Surga, yaitu al-Jama’ah. (HR. Ahmad)

وَإِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي

Sesungguhnya Bani Israil pecah menjadi 72 golongan, dan ummatku akan pecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu golongan. Mereka berkata “Siapakah itu wahai Rasulullah?”. Beliau bersabda: Apa yang aku di atasnya dan para sahabatku (HR. Tirmidzi)

Dari kedua hadits inilah muncul istilah ahlussunnah wal jama’ah, yaitu satu-satunya golongan selamat yang akan masuk surga Allah, yaitu orang-orang yang berada dalam 1 ikatan yang dinamakan al-jama’ah dan selalu mengikuti sunnah rasul dan para shahabatnya.

Imam Syatibi, Thabrani dan al-Hafidz Ibnu Hajar, ketika membahas tentang arti al-jama’ah, diantara berbagai makna yang ada menyepakati bahwa makna daripada al-jama’ah secara syar’i adalah jama’atul muslimin apabila mereka menyepakati seorang khalifah (imam), dengan kata lain al-jama’ah adalah kesatuan kaum muslimin dalam satu kepemimpinan (Khilafah – Imamah)

Hal ini juga diperkuat oleh perkataan Umar bin Khattab: “Wahai masyarakat Arab, tidak ada islam kecuali dengan jama’ah, tidak ada jama’ah kecuali dengan kepemimpinan, dan tidak ada kepemimpinan kecuali dengan ketaatan” (HR. Bukhari)

Perkataan shahabat Umar ini sangat jelas mengindikasikan pentingnya al-jama’ah, dengan menegaskan bahwa ketika al-jama’ah sudah tidak ada, maka Islam juga tidak ada. Dan ini bersesuaian dengan seluruh hadits diatas yang menekankan harusnya kaum muslimin berkumpul untuk menjadi al-jama’ah.

al-Jama’ah: Kewajiban dari Allah

Kewajiban untuk berjama’ah ini tidak akan terwujud sebelum ada suatu kepemimpinan umum pada seluruh kaum muslimin, yaitu dengan Khilafah, dan kepemimpinan ini hukumnya wajib untuk diadakan berdasarkan dalil-dalil berikut: Barangsiapa yang membaiat seorang imam kemudian memberikan untuknya buah hatinya dan mengulurkan tangannya maka hendaklah ia menaatinya sedapat mungkin (HR. Muslim)

Siapa yang mengangkat tangannya dari ketaatan, maka dia akan bertemu dengan Allah pada hari kiamat dengan tanpa alasan padanya. dan siapa yang mati, sedang tidak ada di pundaknya bai’at maka matinya seperti mati jahiliyyah (HR. Muslim)

“Aku perintahkan kepada kamu sekalian lima perkara; sebagaimana Allah telah memerintahkanku dengan lima perkara itu; berjama’ah, mendengar, ta’at, hijrah dan jihad fi sabilillah. Barangsiapa yang keluar dari al-Jama’ah sekedar sejengkal, maka sungguh terlepas ikatan Islam dari lehernya sampai ia kembali bertaubat (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Sampai disini kita dapat simpulkan, bahwa persatuan kaum muslim dalam bentuk al-jama’ah seperti yang diperintahkan Allah adalah wajib, maka adanya kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia, sebagai syarat terjadinya al-jama’ah juga adalah wajib. Mengangkat seorang imam dan membai’atnya untuk dijadikan pemimpin adalah langkah satu-satunya untuk mewujudkan al-jama’ah. Hal ini perlu diperhatikan, karena banyak sekali ancaman Allah pada kaum muslim yang tidak berada dalam al-jama’ah.

Harakatul Islamiyyah (Jama’ah minal Muslimin) adalah Kewajiban

Pertanyaannya sekarang, apakah al-jama’ah ini ada? Jawabannya sudah sangat jelas, bahwa al-jama’ah ini belum ada, kaum muslim terbagi menjadi 58 negara dengan pemimpinnya masing-masing, dan tdak ada kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslim di dunia.

Berdasarkan kaidah fiqh: Suatu kewajiban yang tidak terlaksana karena kurangnya sesuatu, maka sesuatu yang kurang itu menjadi wajib, al-jama’ah adalah wajib, dan tidak akan ada selama tidak ada yang memperjuangkan kepemimpinan Islam dan mengangkat khalifah (imam)nya maka membentuk suatu kelompok (jama’ah minal muslimin) dalam rangka mengorganisir dakwah Islam untuk mewjudkan al-jama’ah hukumnya juga adalah wajib.

Dan Allah telah menyampaikan dalam al-Qur’an al-Karim

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَر وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Dan haruslah ada di antara kamu “umat” yang menyeru kepada al-khair (Islam), menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; dan mereka (ummat-ummat) itulah ummat-ummat yang beruntung. (TQS ali-Imraan [3]: 104)

Bila kita teliti, ayat ini menyampaikan bahwa adanya kelompok yang merupakan bagian dari kaum muslim (jama’ah minal muslimin), yang bertugas mendakwahkan Islam, amar ma’ruf dan nahi munkar adalah wajib adanya. Dan dari kata ganti hum ul-muflihuun, kita dapat mengetahui bahwa Allah memperbolehkan adanya kelompok ini lebih dari 1, karena semuanya mendapatkan pujian dan jaminan “keberuntungan” (muflihuun) dari Allah swt.

Adanya kelompok ini ditengah-tengah kaum muslim yang telah berada dalam al-jama’ah sekalipun adalah wajib, apalagi ketika kaum muslimin tidak berada dalam al-jama’ah, maka keberadaan kelompok yang memperjuangkan tegaknya al-jama’ah dengan cara menegakkan kepemimpinan Islam adalah wajib, dan wajib pula bagi kaum muslimin semuanya untuk menggabungkan diri pada salah satu kelompok (jama’ah minal muslimin) ini.

Hukum berjuang dalam salah satu harakatul Islamiyyah (jama’ah minal muslimin)

Namun ada sebagian kaum muslim tidak mau menggabungkan diri kedalam salah satu kelompok-pun dengan berbagai macam alasan, mereka beralasan bahwa bergabung dengan kelompok-kelompok yang sekarang berarti ber-taffaruq (memecah belah) kaum muslim, dan menganggap ketika bergabung dengan gerakan dakwah, malah akan membuat kaum muslim semakin sulit bersatu, bagaimana tindakan seperti ini dalam pandangan Islam?

Hadits yang sering digunakan untuk sebagai dalil dalam perbuatan ini adalah hadits riwayat Hudzaifah al-Yamani, yang menanyakan kepada rasulullah tentang kejelekan di masa depan.

فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ شَرٌّ قَالَ نَعَمْ فَقُلْتُ هَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَسْتَنُّونَ بِغَيْرِ سُنَّتِي وَيَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ فَقُلْتُ هَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ نَعَمْ قَوْمٌ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَمَا تَرَى إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ فَقُلْتُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلَا إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ عَلَى أَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ

Wahai Rasulullah, dahulu kami berada dalam keadaan jahiliyah dan kejelekan lalu Allah mendatangkan kebaikan ini, apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan ?” Beliau berkata : “Ya”, Aku bertanya : “Dan apakah setelah kejelekan ini akan datang kebaikan?” Beliau menjawab : “Ya, tetapi didalamnya ada dukhan (kesamaran)”. Aku bertanya : “Apa kesamaran itu ?” Beliau menjawab : “Suatu kaum yang membuat ajaran bukan dari ajaranku, dan menunjukkan (manusia) kepada selain petunjukku. Engkau akan mengenal mereka dan engkau akan memungkirinya” Aku bertanya : “Apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan lagi ?” Beliau menjawab :”Ya, (akan muncul) para dai-dai yang menyeru ke neraka jahannam. Barangsiapa yang menerima seruan mereka, maka merekapun akan menjerumuskan ke dalam neraka” Aku berkata : “Ya Rasulullah, terangkanlah ciri-ciri mereka kepada kami?” Beliau menjawab : “Mereka dari golongan kita, dan berbicara dengan bahasa kita” Aku bertanya : “Apa yang anda perintahkan kepadaku jika aku temui keadaan seperti ini” Beliau menjawab : “Pegang erat-erat jama’ah kaum muslimin dan imam mereka” Aku bertanya : “Bagaimana jika tidak imam dan jama’ah kaum muslimin?” Beliau menjawab :”Tinggalkan semua kelompok-kelompok sempalan itu, walaupun kau menggigit akar pohon hingga ajal mendatangimu” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sesungguhnya hadits ini merupakan peringatan rasulullah bagi kita untuk senantiasa berada dalam al-jama’ah al-muslimin agar kita bisa selamat dari satu masa dimana ada da’i-da’i berbicara dengan dalil Islam dan berpakaian serta dari golongan Islam yang menyeru pada pintu neraka jahannam. Sayangnya, sebagian kaum muslim tidak mengambil haditsnya secara lengkap sehingga yang dipakai hanyalah “fa’tazil tilka firaqa kullaha” (tinggalkan seluruh kelompok-kelompok itu), padahal yang dimaksud dengan kelompok yang ditinggalkan adalah terbatas hanya pada kelompoknya da’i-da’I yang menyeru kepada pintu neraka jahannam. Dan kalimat “walaupun kau menggigit akar pohon hingga ajal mendatangimu” adalah kalimat yang bisa diartikan dengan hadits lain yang semisal

فَقَالَ أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ

Aku nasehatkan kepada kalian bertaqwa kepada Allah,mendengar,dan taat walaupun kepada seorang budak habasyi, karena siapa yang hidup sesudahku maka dia akan melihat perpecahan yang sangat banyak, maka atas kalian sunnahku dan sunnah para khalifah yang di atas hidayah dan petunjuk, berpegang teguhlah kalian dengannya, gigitlah dengan gigi geraham (HR. Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah)

Teranglah bagi kita, bahwa ketika kaum muslim menemui zaman fitnah dengana adanya da’i yang menyeru kepada pintu neraka dan kita tidak menemui al-jama’ah dan khalifahnya, maka seharusnya kita harus tetap berpegang pada sunnah rasul dan shahabatnya, dan tidak mengikuti da’i yang menyeru kepada pintu neraka. Dan hadits diatas tidak menjadi dalil bagi kaum muslim untuk berdiam diri dan tidak bergabung dengan kelompok manapun untuk menegakkan al-jama’ah

Walhasil, bergabung dengan salah satu kelompok (jama’ah minal muslim yang serius dan sungguh-sungguh untuk memperjuangkan tegaknya kepemimpinan dan al-jama’ah hukumnya adalah wajib, karena dengan tidak menggabungkan diri kedalam salah satu kelompok berarti sama saja kita melalaikan kewajiban Allah dan rasul-Nya untuk berada dalam al-jama’ah, sedangkan ancaman-ancaman Allah dan rasul-Nya amat jelas bagi orang-orang yang berada diluar jama’ah dan melalaikan kewajiban ini.

Dan sesungguhnya, kelompok dan harakah Islam yang ada sekarang tidaklah termasuk ber-taffaruq (berpecah belah), karena lafadz taffaruq ini disandarkan pada al-jama’ah (khilafah), jadi adanya ikatan nasionalisme yang mencerai-beraikan satu negara muslim dengan negara muslim lainnya, kesukuan yang memecah-belah ummat muslim, demokrasi yang membuat aturan lain selain sunnah rasul dan petunjuknya dan semua derivat selain Islam, inilah yang disebut dengan taffaruq dan da’i – da’i yang menyeru kepada pintu neraka jahannam.

Sayyid Qutb mengatakan bahwa bagaimana proses kebangkitan islam dimulai sesungguhnya ia memerlukan kepada golongan perintis yang menegakkan kewajiban ini. Sayyid Hawwa juga mengatakan bahwa satu-satunya penyelesaian ialah harus menegakkan jama’ah. Fathi Yakan pun menyampaikan bahwa Rasulullah tidak pernah sama sekali mengandalkan kepada kerja individual (infirodiy) tetapi sejak awal beliau telah menganjurkan penegakkan jama’ah

فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ مِنَ اْلغَنَمِ اْلقَاصِيَةِ

Sesungguhnya serigala akan memakan kambing yang sendirian (HR. Ahmad, Abu Daud dan an-Nasa’i)

al-Jama’ah: konsekuensi alami Khilafah Islamiyyah

Jadi persatuan Islam secara total dalam bentuk al-jama’ah hanya akan terjadi apabila khilafah tegak adanya kelompok dan harakah dakwah lebih dari satu tidak menghalangi al-jama’ah terbentuk bahkan wajib bagi kaum muslim untuk menggabungkan diri pada kelompok yang memperjuangkan tegaknya al-jama’ah (khilafah)

Ingatlah sesungguhnya rasulullah saw. Telah mengingatkan kita:

لَيَنْقُضَنَّ عُرَى اْلاِسْلاَمِ عُرْوَةً وَكُلَّمَا اِنْقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّتَ النَّاسُ بِالَّتِىْ تَلِيْهَا وَاَوَّلُهُنَّ نَقْضَ الْحُكْمُ وَآخِرُهَا الصَّلاَةُ

Ikatan-ikatan islam akan lepas satu demi satu. Apabila lepas satu ikatan, akan diikuti oleh lepasnya ikatan berikutnya. Ikatan islam yang pertama kali lepas adalah pemerintahan dan yang terakhir adalah shalat (HR. Ahmad)

Sesungguhnya al-jama’ah (persatuan kaum muslimin) adalah al-jama’atul muslimin yang terjadi sebagai konsekuensi akan adanya khilafah Islamiyyah ketika khilafah tidak wujud, maka ikatan kaum muslim akan terceraikan sesungguhnya khilafah-lah yang akan menjamin ummat Islam bersatu padu!

Khilafah is just a matter of time!



Source http://goo.gl/22IfEi

Blasts at J.W. Marriott and Ritz-Carlton Hotel: an Old Scenario by A New Director?

Rabu, Juli 30, 2014 Posted by ./rex No comments
Jum’at 17 Juli 2009: Terjadi Ledakan di Hotel J.W. Marriott dan Hotel Ritz-Carlton




Fakta:
  1. Ledakan pertama kali terjadi di Hotel J.W. Marriott lalu di Hotel Ritz-Carlton, ledakan pertama terjadi pada pukul 07.40, ledakan kedua terjadi berselang 5-10 menit ledakan pertama. 
  2. Ledakan di Ritz-Carlton terjadi 2x dengan intensitas ledakan kedua lebih rendah dibanding yang pertama 
  3. Ledakan di Ritz-carlton terjadi di lantai 2 di sebuah restoran, sedangkan di J.W. Marriott ledakan terjadi di Loby Hotel 
  4. Polisi memastikan bila ledakan yang terjadi di Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton akibat bom (09.54) 
  5. “Ini jenisnya hight explosive,” kata Menko Polkam Widodo AS di depan Hotel JW Marriott, Mega Kuningan, Jakarta, Jumat (10:45)
Tanggapan LN:

a. Pemerintah Australia mengeluarkan Travel Warning awal minggu ini bahwa warga Australia harus berfikir ulang untuk bepergian ke Indonesia, termasuk Bali, dikarenakan ancaman yang sangat tinggi dari serangan teroris.

“Kami terus mendapatkan informasi yang dapat dipercaya bahwa teroris sedang merencanakan serangan di Indonesia dan Bali tetap menjadi target yang menarik bagi teroris” Dikatakan oleh Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia. “Bila Anda bepergian ke Indonesia, maka Anda harus berpergian dengan ekstra hati-hati”. “Serangan terorisme yang lalu mengarah kepada orang Barat di Bali dan Jakarta mengindikasikan area-area ini adalah target prioritas. Anda harus mengambil perhatian serius untuk menghindari tempat-tempat yang dikenal sebagai tempat target teroris.

b. 17/7/09 : Dr Carl Ungerer, direktur proyek keamanan nasional Australia, Australian Strategic Policy Institute (ASPI)

  • “Mereka merupakan sekelompok anggota garis keras yang tidak setuju dengan pandangan para pemimpin JI mungkin dalang dibelakang pemboman ini”
  • “Sekelompok kecil garis keras yang tidak menerima pandangan beberapa kepemimpinan JI bahwa mereka melangkah menuju fase konsolidasi,”
  • “beberapa anggota JI garis keras tersebut bisa saja telah bebas dari penjara belum lama ini”
  • “Dan mereka yakin bahwa kelanjutan aksi pengeboman merupakan satu-satunya cara agar mereka mencapai tujuan politik mereka,”
c. Australia memberitakan bahwa ada laporan peringatan baru (yang dipublikasikan 24 jam sebelum ledakan Marriot dan Ritz-Carlton), bahwa akan terjadinya aksi terorisme seperti Bom Bali yang akan dilakukan oleh JI.


  • PENGULANGAN dari bom Bali 2002 akan meningkat setelah banyak anggota JI dibebaskan dari penjara.
  • Banyak teroris yang dilepaskan dari anggota JI, Islam garis keras di Indonesia, dan mereka akan mengadakan serangan terorisme kembali
  • Penulis laporan ini, Noor Huda Ismail dari the Jakarta-based International Institute for Peacebuilding dan Carl Ungerer from ASPI, mengatakan walau kemungkinan serangan kembali adalah rendah, tetapi kemungkinan ini akan terus bertambah.
d. 25/06/09 : Peter Chalk dari lembaga think-tank AS, RAND Corporation dan Carl Ungerer dari Australian Strategic Policy Institute (ASPI) dalam laporannya yang berjudul: Neighbourhood watch: The evolving terrorist threat in Southeast Asia, menyatakan:

  • Kelompok Kontroversial Hizbut Tahrir, yang memiliki ratusan anggota di Australia, sedang mencoba untuk merekrut di Universitas-universitas Malaysia dimana anggota al-Qaida dan JI pernah belajar juga disana.
  • Australia harus berusaha keras menghentikan penyebaran literatur dan media-media Jihad.
  • Kemunculan kembali daripada media/literatur jihad garis keras di Indonesia lewat publikasi seperti Jihadmagz menunjukkan kecenderungan yang mengkuatirkan dan sesuatu yang harus diperhatikan secara mendalam.
  • Australia harus mengadakan pembicaraan menteri luar negeri seri kedua yang melanjutkan pembicaraan sebelumnya pada pertemuan konferensi menteri sub-regional yang diadakan pada Maret 2007
  • Kesuksesan Hizbut Tahrir di Malaysia dapat dilihat sebagai potensi sebuah “pengaruh peradikalan” yang harus tetap diperhatikan oleh Australia. Didedikasikan untuk menerapkan aturan-aturan Islam dengan menggulingkan pemerintahan Barat, Hizbut Tahrir didirkan di Sydney dan telah merekrut anggota-anggota baru pada kampus lokal. Pemerintah New South Wales mempublikasikan untuk melarang organisasi ini tahun lalu, tetapi Jenderal Philip Ruddock tidak mengabulkannya “Menurut diplomat Barat dan politisi Malaysia, kelompok ini (Hizbut Tahrir) telah menembus kepada komunitas Malaysia dan sekarang aktif merekrut dari golongan terdidik institusi pendidikan tinggi seperti Institut teknologi Malaysia” Laporan itu mengatakan lagi bahwa universitas adalah “sumber lama yang penting bagi al-Qaida maupun JI”
Analisis:

Dalam setiap kejadian “terrorism attack” di Indonesia, setidaknya kita dapat melihat kesamaan dalam peristiwa ini, yaitu bahwa pada setiap kejadian terorisme sudah diprediksi oleh Australia yang sudah umum diketahui selaku “american watchdog on southeast asia”, ada laporan-laporan peringatan dan pasti ada travel warning sebelumnya. Artinya, ada isu baru yang ingin dimunculkan oleh AS via watchdognya ini dan menjadi pintu masuk bagi AS untuk menjalankan kepentingan barunya di Asia Tenggara

Dan yang lebih pasti, berdasarkan laporan-laporan yang telah dikeluarkan bulan lalu dan satu hari lalu sebelum serangan bom di Jakarta 17/7/09, maka kita dapat menyimpulkan bahwa yang akan menjadi sasaran dan target pada kali ini tetaplah JI, dan selain itu, ada organisasi yang berusaha dimunculkan sebagai “persamaan” JI, yaitu adalah Hizbut Tahrir. Dari laporan pula dapat kita persempit bahwa target operasi AS adalah gerakan-gerakan yang mereka anggap ekstrim dan mampu membahayakan eksistensi Barat yang ada di Australia, Indonesia dan Malaysia.

Setelah kejadian ini, dapat dipastikan bahwa AS dan Australia akan mendesak seluruh Asia Tenggara untuk berkumpul dan membicarakan tentang “War On Terrorism”, sebagaimana yang dilakukan oleh George W. Bush pada masa pemerintahannya, untuk memperjelas dimana posisi negara-negara Asia Tenggara dengan metode lama “either are you with us or against us?” Kesimpulannya? Ini adalah skenario lama dengan sutradara yang baru, semua hal ini ditujukan kepada ummat Muslim, sebagai sebuah kejadian untuk memunculkan kembali sentimen negatif kepada kaum muslim, dan memberikan stigma negatif terhadap muslim yang menginginkan penerapan Islam. Oleh karena itu, hendaklah kita mewaspadai makar busuk yang dilakukan oleh imperialis Barat yang tak rela tanah kaum muslim lepas dari tangan mereka.

Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya (TQS al-Anfaal [8]: 30)

Sesungguhnya Allah pemilik makar yang paling sempurna, maka kejadian ini seharusnya menyadarkan kita betapa Barat telah merasa kebangkitan Islam sudah sangat dekat. Saat ini kita berpacu dengan waktu, apakah mereka atau kita yang lebih dulu membuat gol. Bagi kita goal itu telah jelas, tegaknya Islam dan syari’ah Allah dalam kesatuan Khilafah yang telah dijanjikan Allah.

Injury time is now, act now or never.


Source http://goo.gl/BGeG5f

Unreasonable Fear

Rabu, Juli 30, 2014 Posted by ./rex No comments
Saya sering sekali mendapatkan fenomena baru yang sangat menarik untuk dikaji, salah satunya adalah apa yang akan saya tulis ini, saya memberi nama fenomena baru ini sebagai fenomena “unreasonable fear”, ketakutan yang nggak beralasan.

“Gimana nanti kalau saya udah nikah lalu saya nggak bisa membiayai keluarga saya?”

“Kalau syari’at Islam ditegakkan, nanti ada potong tangan, rajam dan pluralitas nggak terjaga, non-muslim akan dimarjinalisasi!”

“Bayangkan kalau tidak ada partai Islam di pemerintahan, dan tidak ada demokrasi, maka gerakan Islam akan diberangus habis, karena itulah kalian harus berterimakasih pada kami dan pada demokrasi!”

Nah, pernyataan-pernyataan seperti inilah yang saya kelompokkan sebagai unreasonable fear. Terkadang kita selalu menakutkan sesuatu yang belum jelas atau belum pasti, sedangkan bahaya di depan mata yang sudah kita alami tidak kita rasakan. Kita mengkhawatirkan sesuatu yang belum tentu sedangkan menafikkan sesuatu yang sudah tentu. Mari kita mulai kajiannya:

1. “Gimana nanti kalau saya udah nikah lalu saya nggak bisa membiayai keluarga saya dengan layak (miskin)?”

Ini adalah contoh sebuah pernyataan yang belum jelas, karena ciri-ciri pernyataan yang belum jelas mengandung kata-kata seperti: bagaimana nanti… seandainya… bila… andai saja… kalaulah… dan yang semacam dengannya. Berarti ketika seseorang berbicara seperti ini, dia menunjuk pada masa depan (yang tentu saja belum jelas). Unreasonable fear adalah menakutkan sesuatu yang belum jelas tetapi malah menafikkan yang sudah jelas. Ok, kalau ada seseorang yang menyatakan seperti diatas, maka itu adalah kemungkinan masa depan yang belum jelas, tetapi ada fakta yang sudah jelas yaitu: dia belum nikah dan dia belum bisa hidup dengn layak (miskin)!

Banyak orang yang belum menikah beralasan belum cukup materi-lah, belum siap-lah, belum mantap-lah, belum kaya-lah. Itu semua saya katakan unreasonable fear. Pertanyaannya adalah: apakah tidak menikah berkorelasi dengan harta? jawabannya tidak ada korelasinya. Artinya dia mengkhawatirkan seandainya dia menikah maka dia akan menanggung resiko begini dan begitu (hal-hal negatif), tetapi tidak pernah memikirkan resiko yang dia tanggung ketika dia tidak menikah (hal-hal negatif).

2. “Kalau syari’at Islam ditegakkan, nanti ada potong tangan, rajam dan pluralitas nggak terjaga, non-muslim akan dimarjinalisasi!”

Sama seperti pernyataan ini yang menakutkan sesuatu yang belum pasti dan semua pernyataan ini didasarkan pada asumsi bukan fakta. Yang ditakutkan, yaitu kengerian yang ditimbulkan penerapan syari’at Islam adalah belum pasti, malah fakta yang sudah terjadi tidak ditakutkan. Fakta membuktikan justru ketika dalam situasi tidak diterapkannya syari’at Islam, kriminalitas dan kekacauan dimana-mana dan jumlahnya sangat besar.

Data dari kepolisian misalnya, menyatakan selama Tahun 2006 terjadi tindak pidana aborsi sekitar 3,3 juta kasus dan perkosaan meningkat 200%. Data di LPA (Lembaga Pemasyarakatan Anak) Tangerang menunjukkan bahwa kejahatan seksual menempati urutan kedua setelah narkoba.

Di Jakarta, Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Wahyono mengatakan, kejahatan di DKI Jakarta terjadi setiap 9 menit 21 detik. Hal ini merupakan peningkatan dari tahun sebelumnya, 9 menit 33 detik. Jenis-jenis kejahatan yang dilakukan, antara lain, pemerkosaan, pemerasan dan pengancaman, pembunuhan, perjudian, pencurian kendaraan bermotor dan lainnya. Indonesia juga merupakan negara teratas dibidang cybercrime (UNESCO, 2007). Di dunia internasional juga tersedia fakta yang tidak berbeda, American Demographic Magazine menyampaikan tersedia tidak kurang dari 4,2 juta website porno yang 100 ribu di antaranya pornografi anak dan 89% di antaranya berisi kekerasan seksual remaja melalui chat room. Pada tahun 2006 lalu Kompas sempat mengeluarkan hasil survei yang sangat mengejutkan, yaitu 54% remaja Kota Kembang pernah berhubungan seks, persentasenya paling tinggi dibandingkan kota-kota besar lain, seperti Jakarta (51%), Medan (52%) dan Surabaya (47%).

Komnas Perlindungan Anak (2008) mennyampaikan hasil survei mereka kepada anak SMP, hasilnya 97 persen di antaranya mengaku pernah menonton film porno 93,7 persen mengaku pernah berciuman serta happy petting alias bercumbu berat, dan yang lebih parah lagi 62,7 persen remaja SMP mengaku sudah tidak perawan lagi

Secara keseluruhan Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Abubakar Nataprawira menyebutkan, jika sebelumnya kasus konvensional seperti pembunuhan, pemerkosaan, dan pencurian kasus dari 153.392 kasus, kini menjadi 155.413 kasus di tahun 2008. Artinya ada 425 kasus setiap harinya, dan ini yang dilaporkan, yang tidak dilaporkan tentunya seperti fenomena gunung es. Di dunia internasional justru lebih parah, sebagai contoh, dalam tulisannya The Most Dangerous Place on Earth, Dr Shahid Qureshi mempublikasikan bahwa di Amerika terjadi pembunuhan terjadi setiap 22 menit, perkosaan terjadi setiap 5 menit, perampokan terjadi setiap 49 detik, pencurian terjadi setiap 10 detik, dan menghabiskan US$674.000.000.000 setiap tahunnya untuk menangani kriminalitas di negaranya.

Aneh bukan, ada seseorang yang menakutkan penerapan syari’at Islam, tetapi tidak menakutkan kejadian-kejadian yang sudah ada di depan matanya dan dilihat dengan mata dan kepalanya sendiri setiap hari.

3. “Bayangkan kalau tidak ada partai Islam di pemerintahan, dan tidak ada demokrasi, maka gerakan Islam akan diberangus habis, karena itulah kalian harus berterimakasih pada kami dan pada demokrasi!”

Contoh bahasan kita yang terakhir adalah pernyataan ini, seringkali beberapa pengemban dakwah yang saya temui menggunakan kata-kata seperti ini sebagai pembenaran atas tindakan mereka yang plin-plan dan tidak jelas. Ini juga termasuk unreasonable fear. Mereka menakutkan sesuatu yang belum tentu adanya, menakutkan sesuatu yang belum pasti terjadi dan membuang jauh-jauh fakta bahwa saat ini justru telah terjadi sesuatu yang jelas-jelas menakutkan dan mengkhawatirkan. Fakta membuktikan bahwa justru dalam demokrasi, Islam dihinakan dan ummat muslim menghadapi berbagai masalah yang sangat pelik serta dalam sistem seperti inilah harakah Islam tidak memiliki izzah.

Ingat, ketika terpilih untuk kedua kalinya menjadi presiden AS di tahun 2003, Bush menyampaikan pandangannya tentang demokrasi “Jika kita mau melindungi negara kita dalam jangka panjang, hal terbaik yang dilakukan adalah menyebarkan kebebasan dan demokrasi”. Dan atas alasan ”menyebarkan kebebasan dan demokrasi” itulah Irak diserang.

Atas nama demokrasi, AS yang memiliki 10.000 hulu ledak nuklir mendikte negara-negara muslim khususnya untuk tidak mengayakan nuklir dengan NPT (Nuclear Proliferation Treaty), dan membiarkan Israel dan negara-negara yang diinginkannya untuk mengembangkannya.

Dengan restu demokrasi pula pada tahun berkali-kali BBM dinaikkan walaupun ummat tidak menyetujuinya dan hanya perlu persetujuan MPR dan DPR yang notabene katanya wakil dan suara dari rakyat. Sementara kenaikan BBM hanya menghemat 65 triliun rupiah, pemerintah menghabiskan sekitar 300 triliun untuk pemilu 2009 dan membagikan 700 triliun untuk koruptor kasus BLBI

Dalam demokrasilah justru kecenderungan ummat terhadap partai Islam menurun, Pengamat politik Universitas Indonesia, Arbi Sanit menilai, jika kita membandingkan Pemilu 1955 dengan Pemilu 1999 terlihat bahwa pemilih partai sekuler meningkat sebanyak 35,6 persen, sedangkan pemilih partai Islam menurun 7,51 persen. Sementara anggota legislatif (DPR) partai-partai sekuler bertambah sebanyak 32,64 persen, sementara anggota legislatif partai-partai Islam menurun sebanyak 9,95 persen. Artinya, ada pembunuhan karakter sistematis yang dilakukan demokrasi terhadap partai Islam dengan membuat partai Islam menjadi partai Islam-sekuler sehingga ditinggalkan oleh basis pemilihnya.

Dan atas peran serta demokrasi, syari’at Islam belum diterapkan sampai sekarang, politik belah bambu antar harakah Islam, penurunan pamor dan elegansi gerak partai Islam, semuanya itu di-amini oleh demokrasi. Saiful Mujani, direktur LSI mengomentari survei yang menunjukkan turunnya kecenderungan masyarakat terhadap partai Islam ”hal ini terjadi karena orientasi nilai politik sekuler di kalangan muslim indo kian menguat. Aktivis islam gagal menerjemahkan nilai politik islam dalam bentuk gerakan dan kekuatan elektoral” (Kompas, 2009)

Dengan tipu daya demokrasi, kemenangan FIS di Aljazair dianulir setelah pada putaran pertama pemilu mereka berhasil mengantongi 80% suara, lalu esoknya muncul pernyataan dari harian Inggris “The Independent”: “Kadang-kadang diperlukan tindakan yang tidak demokratis untuk melindungi demokrasi” . Sama seperti kudeta militer di Turki setelah partai Refah memenangkan pemilu pada tahun 2007. Dan juga politik AS di palestina dengan menarik HAMAS masuk ke dalam parlemen lalu menekan, memenjarakan dan membuang mereka di Gaza. Apakah kita sudah lupa?

Karena demokrasilah, kita diminta mengakui kepentingan-kepentingan asing, mentoleransi kepentingan-kepentingan ummat lain yang berusaha menyesatkan dan memurtadkan umat muslim dengan segala cara mereka, menerima keberadaan ahmadiyah dan segala kesesatannya, membayar hutang-hutang konglomerat dengan pajak yang dipaksakan dan dzalim.

Jadi sebenarnya, pemberangusan kepada partai-partai Islam dan harakah Islam itu telah dilakukan, dan harus dipahami, bahwa pemberangusan ini tidaklah mesti dilakukan secara fisik (anarkis), justru pemberangusan yang dilakukan secara sistematis dan tanpa disadari oleh harakah Islam inilah yang lebih berbahaya. Tetapi fakta yang telah terjadi ini tidak dilihat, malahan sesuatu yang belum jelas dijadikan dalil untuk berbuat.

Yang paling penting. bagi seorang muslim, unreasonable fear ini akhirnya membawa suatu konsekuensi, yaitu bahwa dia lebih percaya dan yakin pada fakta di depan matanya (pragmatis) daripada fakta yang akan dijanjikan oleh Allah SWT (visioner), lebih jauh lagi, dia lebih takut kepada manusia ataupun sesuatu apapun yang bukan Allah dibandingkan rasa takutnya kepada Allah. Dan karena rasa takutnya yang lebih besar kepada manusia ataupun keadaan yang dibisikkan oleh setan, akhirnya dia meninggalkan ketaatan dan mencari dalil untuk membenarkan perbuatannya.

Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman (TQS ali-Imraan [3]: 175)

Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir (TQS al-Maaidah [5]: 44)

Allah-lah dzat yang Mahabaik dan Mahatahu, tiada yang berjalan, terbang, merangkak, ataupun melata diatas bumi ini yang lebih tahu daripada Dia. Dialah yang menentukan apa yang kita bisa dan apa yang kita tidak bisa. Dialah sesungguhnya yang benar-benar harus kita takuti.

Kesimpulannya?
1. Maka menikahlah karena Allah telah menjamin untuk mencukupkan rizqi-Nya dan menolong dengan pertolongan-Nya pada orang yang menikah karena-Nya

Dan nikahkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan mengkayakan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui (TQS an-Nur [24]: 32)

“Ada 3 golongan manusia yang berhak ditolong oleh Allah, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya”. (HR. Ahmad 2: 251, Nasaiy, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits no. 2518, dan Hakim 2: 160)

2. Maka terapkanlah syari’at Islam karena dengan itu Allah akan menurunkan berkah-berkah dari langit dan bumi dan ummat Islam tidak akan pernah tersesat

maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu (TQS al-Maaidah [5]: 48)

Aku tinggalkan pada kalian sesuatu yang jika kalian berpegang teguh kepadanya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya. Sesuatu tersebut ialah sesuatu yang jelas yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya (Sirah Ibnu Hisyam II, Hal 588)

3. Maka konsistenlah dengan perjuangan Islam sekalipun perjuangan ini meminta nyawa kita. Bukankah dakwah Rasulullah saw. dan para shahabat menuntut pengorbanan harta dan nyawa? apakah kita merasa lebih istimewa dibandingkan dengan Rasulullah dan shahabatnya sehingga kita tidak perlu merasakan makian, kengerian dan goncangan yang mereka rasakan? Bukankah jihad adalah jalan kita, mati syahid adalah harapan yang selalu kita berdo’a untuk itu sebelum tidur? Apa yang membuat kita takut kepada himpitan dan celaan dalam dakwah? takut terahadap pemberangusan? apakah jalan dakwah ini telah jalan orang-orang yang mencintai dunia? Allahummahfidzna min kulli dzalik..

karena saya akan datang kepada kalian dengan orang-orang yang mencintai kematian sebagaimana kalian mencintai kehidupan (Surat Khalid bin Walid kepada Hormuz-Gubernur Persia)

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat (TQS al-Baqarah [2]: 214)

Saya harap apa yang saya contohkan dengn 3 kasus diatas dapat diterapkan pada kasus-kasus yang serupa sehingga kaum muslim bisa terbebasdari fenomena semacam ini.

Wallahu a’lam bi ash-shawab.


Source http://goo.gl/7XFMJQ

To Manage Things That Never Turns

Rabu, Juli 30, 2014 Posted by ./rex No comments
Manusia adalah makhluk yang sangat terbatas sekali. Manusia bisa saja membuat superkomputer canggih yang dapat menyelesaikan segala jenis perhitungan di dunia ini tetapi belum ada yang dapat mengitung kapan ia akan meninggal atau menyelesaikan perhitungan dengan malaikat maut. Manusia pasti mati. Kita juga dibatasi dalam hal kemampuan. Nobodys perfect, that’s the rules. Setiap manusia mempunyai fungsi kerja dalam suatu peradaban, yang ia pilih. Seorang manusia dalam waktu yang terbatas -average 70 tahun- dan kemampuan yang terbatas, tidak bisa mengerjakan semua hal. That’s the fact.

Waktu kita sama, 24 jam. Walaupun waktu yang diberikan itu sama, tetapi –tentu saja- berbeda cara pemanfaatannya, dan berbeda-beda pula artinya. Saya dulu sangat menyukai permainan video game –sekarang juga masih suka-, ketika saya memainkan game balap mobil terkenal, ceritanya untuk mendapatkan license untuk bertanding di turnamen balap eksklusif di permainan itu saya harus menjadi juara pertama pada suatu selection trial race. Tapi saya selalu kalah. Setelah berlatih dan terus berlatih saya akhirnya mampu memimpin balap tersebut selama 3 lap, tetapi ketika final lap, mendekati garis finish, tiba-tiba mobil saya disalip dan saya jadi juara kedua dengan selisih 0.08 detik. Kesal campur sebel, akhirnya saya tidak pernah memainkan game tersebut lagi. Mungkin teman-teman juga sudah tidak asing dengan balap F-1 di televisi, ketika pit stop, 0.1 detik saja sangat berarti dan menentukan bagi mereka. Inilah yang saya sebut berbeda. Penghargaan waktu oleh seseorang akan relatif berbeda tergantung bagaimana ia memandang tujuannya. Lalu, kira-kira bagaimanakah memanfaatkan waktu yang paling efektif? Apakah dengan menjadi pembalap sehingga kita menghargai setiap detik ataukah seperti apa. Sekali lagi jawabnya ada pada tujuan kita.

Tidak ada yang menyangkal bahwa kita manusia lemah dan terbatas, berasal dari pencipta kita, dalam Islam Allah swt. Dan tidak ada yang menolak apabila saya nyatakan ketika kita sudah selesai menjalankan kehidupan di dunia ini kita akan kembali kepada pencipta kita, Allah swt. Tetapi, walaupun banyak orang yang tidak menolak kedua pertanyaan (dari mana dan akan kemana) yang saya kemukakan diatas, kebanyakan tidak mengetahui jawaban pertanyaan untuk apa kita hidup di dunia dan hubungan tujuan hidup dengan darimana hidup ini dan akan kemana setelah hidup. Faktanya adalah bahwa Allah menyertakan sejumlah aturan bagi manusia tentang bagaimana ia menjalankan aktivitasnya ketika Allah menciptakan manusia, dan faktanya lagi adalah bahwa Allah akan menilai setiap aktivitas manusia dengan standar aturan yang diberikannya ketika ia meninggalkan dunia. Hal ini membawa kita pada konsekuensi hidup; taat pada sejumlah aturan Allah jika ingin mendapatkan penilaian yang baik dari Allah swt. dan apabila kita ingin mendapatkan rewards-Nya yaitu surga, dibanding mendapat punishment-Nya yaitu neraka.

Masalahnya lagi, waktu manusia itu terbatas, dan surga itu mahal. Cara satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah dengan menyesuaikan aktivitas kita dengan sejumlah aturan tersebut. Ada 5 kriteria aktivitas kita, yaitu (1) wajib, (2) sunnah, (3) mubah, (4) makruh, (5) haram. Maka kita mesti mendahulukan yang wajib ketimbang yang sunnah, dan yang sunnah ketimbang yang mubah, sedangkan makruh apalagi haram adalah yang selalu kita usahakan untuk tidak dikerjakan. Lalu apabila ada 2 aktivitas fardhu yang bertabrakan, maka yang mesti didahulukan adalah fardhu individu ketimbang fardhu bersama. Dan yang mendesak waktunya dibanding yang leluasa. Tentu saja semuanya berdasarkan aturan Allah.

Singkatnya adalah, bagi setiap insan yang menyadari bahwa ia akan kembali kepada Allah dengan membawa setumpuk kertas ujian yang telah dinilai, maka ia mesti menghabiskan seluruh waktunya untuk beribadah kepada Allah. beribadah disini adalah dalam arti yang luas, bukan ibadah ritual. Ingat, bahwa Allah menurunkan Islam sebagai agama yang sempurna, ia mengatur kehidupan dunia sebagaimana ia mengatur urusan akhirat. Dengan kata lain, kita justru tidak diperintahkan untuk berada sepanjang waktu di dalam mesjid dan berdoa atau shalat, sebagaimana kita tidak pernah diperintahkan untuk bertapa di gunung yang paling tinggi untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam Islam, belajar adalah ibadah, kerja adalah ibadah, berpolitik adalah ibadah, tidur adalah ibadah, dengan kata lain: setiap aktivitas seorang muslim bisa menjadi ibadah, yang akan dinilai oleh Allah dan mendapatkan tiket untuk memasuki surga-Nya.

Tapi manusia tetaplah manusia, manusia adalah makhluk tempatnya salah dan lupa, oleh karena itu, seringkali pahala yang sudah mereka tumpuk dengan susah payah akhirnya sedikit demi sedikit habis oleh maksiat-maksiat kecil yang jumlahnya sangat banyak. Oleh karena itu ada beberapa tips untuk memanfaatkan waktu secara cerdas dan tepat.

1. Ngaji (Islam) dan Baca buku 
Seringkali kita meremehkan kedua hal yang penting ini, padahal kedua hal ini, jika disadari dan dilaksanakan akan memberikan banyak hal yang luar biasa bermanfat. Dengan membaca dan mengaji kita bisa menambah umur, menghemat umur sekaligus menghemat harta dalam waktu yang bersamaan. Saya beri sedikit illustrasi, buku adalah hasil pengalaman dan pengamatan penulis selama waktu tertentu yang dituliskan di dalam lembar-lembar yang dapat dibaca, berarti ketika kita membaca suatu buku, seolah-olah kita telah mengalami apa yang dialami oleh penulis, minimal berpengaruh dalam cara berpikir kita.

2. Berinvestasilah! 
Dalam manajemen finansial, kita harus berusaha sedapat mungkin untuk menambah kolom aset kita, berinvestasi adalah salah satu contohnya. Yang saya maksud dengan berinvestasi adalah bagaimana agar tiket ke surga terus menerus kita kumpulkan tanpa kehadiran kita disana, atau saya lebih suka mengatakannya membeli tambahan waktu, sehingga seolah-olah waktu kita lebih dari 24 jam. Bahasa keren dari investasi dalam Islam adalah: da’wah. Ketika da’wah kita meluangkan sedikit waktu, tetapi hasilnya luar biasa, setelah itu, bila yang kita da’wahi melaksanakan Islam yang kita sampaikan maka ia berpahala, dan kita pn mendapatkan aliran pahala tanpa mengurangi pahala orang tersebut. Satu-satunya investasi di dunia yang tak kan pernah merugi. Jenis investasi lain misalnya adalah shadaqah.

Wallahu a’lam bi ash shawab



Source http://goo.gl/LJO5Gp

Habis Gelap Terbitlah Terang

Rabu, Juli 30, 2014 Posted by ./rex No comments
Tanggal 21 April bagi wanita Indonesia, adalah hari yang khusus untuk memperingati perjuangan RA Kartini. Sebagian banyak masyarakat beranggapan, Kartini memperjuangkan Emansipasi, Feminisme, Liberalisme, dll. Nama Kartini mereka jadikan legalisasi atas apa yang mereka lakukan. Benarkah Kartini pejuang emansipasi dan feminisme? Atau tidak ada hubungannya sama sekali? Maka kita perlu meninjau kembali perjuangan Beliau.
Kartini besar dan belajar di lingkungan adat istiadat serta tata cara ningrat jawa, feodalisme, ia hanya boleh bergaul dengan orang-orang Belanda atau orang-orang yang terhormat dan tidak boleh bergaul dengan rakyat. Kartini tidak menyukai lingkungan yang demikian, ini terlihat dari isi suratnya yang ditujukan kepada Stella, tanggal 18 Agustus 1899 diantaranya: “Peduli apa aku dengan segala tata cara itu, segala peraturan-peraturan, semua itu bikinan manusia dan menyiksa diriku saja”
Kartini mendobrak adat keningratan, karena menurutnya setiap manusia sederajat dan mereka berhak untuk mendapat perlakuan sama. Itu beliau lakukan pada masa dimana seseorang diukur dengan darah keningratan. Semakin biru darah ningratnya semakin tinggi kedudukannya. Ini terlihat dalam suratnya pada Stella pada tanggal 18 Agustus 1899: “Bagi saya hanya ada dua macam keningratan: Keningratan Pikiran (fikrah) dan Keningratan Budi (akhlak). Tidak ada yang lebih gila dan bodoh menurut persepsi saya daripada melihat orang yang membanggakan asal keturunannya. Apakah berarti sudah beramal sholeh, orang yang bergelar Graaf atau Baron!”
Kartini berupaya untuk memajukan kaum wanita dimasanya (masa penjajahan). Pada saat itu wanita tidak mendapatkan hak pendidikan yang sama dengan laki-laki, mereka dinomor duakan, bahkan dalam segala aspek kehidupan. Perjuangan Kartini tidaklah berarti untuk menyaingi laki-laki, namun memberi kontribusi bagi perbaikan masyarakat Cita-citanya ini diungkapkan melalui suratnya kepada Prof Anton dan Nyonya, pada tanggal 4 Oktober 1902: “Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan. Bukan sekali-sekali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tetapi, karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam (sunnatullah) sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.”
Selain itu juga dapat di lihat dari suratnya kepada Nyonya Abendanon, 4 September 1901: “Pergilah! Laksanakan cita-citamu. Bekerjalah untuk hari depan. Bekerjalah untuk kebahagiaan beribu-ribu orang yang tertindas di bawah hukum yang tidak adil dan paham-paham palsu tentang mana yang baik (haq) dan mana yang jahat (bathil). Pergi! Pergilah! Berjuang dan menderitalah, tetapi bekerjalah untuk kepentingan yang abadi”. Dengan demikian, perjuangan Kartini bukan hanya untuk kepentingan wanita, namun jauh lebih luhur lagi adalah bagi perbaikan tatanan kehidupan.
Pada awalnya, perjuangan Kartini banyak dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran yang berasal dari luar Islam, namun pada dasarnya ia tidak memperjuangkan dan tidak menginginkan emansipasi dan feminisme. Keterpengaruhannya oleh pemikiran-pemikiran yang berasal dari luar Islam, dikarenakan ia belum memahami Islam secara benar. Ia mengaji dan membaca Alqur’an tetapi tidak dapat memahai isinya, sehingga ia tidak bisa merealisasikan di dalam kehidupannya. Kartini merasa kecewa dan ini diungkapkan pada suratnya yang ditujukan kepada Abendanon, tertanggal 15 Agustus 1902 : “Dan waktu itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang aku tidak tahu apa perlunya dan apa manfatnya. Aku tidak mau lagi membaca Al qur’an, belajar menghafalkan perumpamaan-perumpamaan dengan bahasa asing yang tidak aku mengerti artinya. Dan jangan-jangan ustadz dan ustadzahku pun tidak mengerti artinya. Katakanlah apa artinya, nanti aku akan mempelajari apa saja. Aku berdosa, kitab yang mulia itu terlalu suci sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya”.
Selain itu Kartini memang banyak bergaul dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani, seakan-akan mereka adalah orang yang ingin menolong Kartini, namun sebenarnya mereka adalah musuh dalam selimut. Mereka adalah Mr.J.H. Abendanon (memperalat Kartini untuk membaratkan gadis-gadis bumiputera saat itu, ia adalah teman Snouck Hurgronye, (orientalis Yahudi) dan istrinya; Dr. Adriani (sahabat pena Kartini, seorang ahli bahasa dan pendeta yang misinya menyebarkan agama Kristen di suku Toraja), Anni Glasser (Pengajar privat Kartini yang dikirim Abendanon untuk memata-matai dan mengikuti perkembangan Kartini, Stella (sahabat pena Kartini, wanita Yahudi, anggota militan Pergerakan Feminisme di Belanda), Ir. H. Van Kol (seorang insinyur, ahli dalam masalah-masalah kolonial, ia mendukung Kartini sekolah ke Belanda untuk menjadikannya saksi hidup akan kebobrokan pemerintahan Hindia Belanda di tanah jajahan hingga dapat memenangkan partainya (Sosialis) di Parlemen), dan Ny. Van Kol (yang berusaha mengkristenkan Kartini).
Tetapi, Kartini diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk memperbaiki dirinya, Ia bertemu dengan K.H. Muhammad Sholeh bin Umar, seorang ulama besar dari Darat, Semarang. Lewat Kyai ini, Kartini terbuka pikirannya dan meminta diajarkan agama dengan mempelajari Al Qur’an dengan cara yang dapat ia mengerti. Kemudian Kyai Sholeh Darat memberikan Al Qur’an yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa pada hari pernikahannya (Faizhur Rohman Fit Tafsiril Qur’an) jilid I yang terdiri dari 13 juz, mulai dari surat Al-Fatihah sampai dengan surat Ibrahim. Mulailah saat itu, Kartini mempelajari Islam dalam arti yang sesungguhnya. Namun tidak berlangsung lama, karena Kyai Sholeh Darat meninggal dunia sebelum ia menyelesaikan terjemahan Alqur’an tersebut.
Pengaruh agama Islam ternyata sangat kuat membentuk dirinya dan merubah cara pandangnya kepada Barat, ini dapat terlihat pada surat-suratnya: “Astaghfirullah, alangkah jauhnya saya menyimpang” (Ditujukan kepada Nyonya Abendanon, 5 maret 1902).
“Kami sekali-kali tidak hendak menjadikan murid-murid kami menjadi orang-orang setengah Eropa atau orang-orang Jawa yang kebarat-baratan” (Ditujukan kepada Ny Abendanon, 10 Juni 1902).
“Moga-moga Kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang agama Islam patut di sukai” (ditujukan kepada Ny Van Kol, tgl 21 juli 1902).
“Dan saya menjawab, Tidak ada Tuhan kecuali Allah. Kami mengatakan bahwa kami beriman kepada Allah dan kami tetap beriman kepada-Nya. Kami ingin mengabdi kepada Allah dan bukan kepada manusia. Jika sebaliknya tentulah kami sudah memuja orang dan bukan Allah” (ditujukan kepada Nyonya Abendanon, 12 Oktober 1902).
“Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik hal yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal-hal yang sama sekali tidak patut disebut sebagai peradaban?” (ditujukan kepada Ny. Abendanon, 27 Oktober 1902).
“Bagaimana pendapatmu tentang Zending, jika bermaksud berbuat baik kepada rakyat Jawa semata-mata atas dasar cinta kasih, bukan dalam rangka Kristenisasi????. Bagi orang Islam, melepaskan keyakinan sendiri memeluk agama lain, merupakan dosa yang sebesar-besarnya“ (ditujukan kepada Abendanon, 31 Januari 1903).
“Kesusahan kami hanya dapat kami keluhkan kepada Allah, tidak ada yang dapat membantu kami dan hanya Dialah yang dapat menyembuhkannya” (Ditujukan kepada Abendanon, 1 Agustus 1903).
“Ingin benar, saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu: hamba Allah (Abdullah)” (ditujukan kepada Nyonya Abendanon, 1 Agustus 1903).
Pada saat Kartini mempelajari Al Qur’an melalui terjemahan berbahasa jawa, Kartini menemukan dalam surat Al Baqarah:257, Firman Allah SWT yang artinya: “Allah Pemimpin orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Dan orang-orang kafir pemimpin-pemimpin mereka ialah Thaghut, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal didalamnya”.
Maknanya: bahwa Allah lah yang telah membimbing orang-orang yang beriman dari kegelapan kepada cahaya (Min adz-Dzulumâti ila an-Nûr). Kartini sangat terkesan dengan ayat ini. Dalam banyak suratnya sebelum wafat, Kartini banyak mengulang kata-kata Dari Gelap Kepada Cahaya, yang olehnya ditulis dalam bahasa Belanda dengan Door Duisternis tot Licht. Kemudian makna ini bergeser tatkala Armijn Pane menerjemahkan kata Door Duisternis tot Licht dengan kalimat “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Kalimat ini sedikit demi sedikit telah menghilangkan makna yang dalam, karena diambil Kartini dari pemahamannya akan ayat Al qur’an, menjadi sesuatu yang puitis namun tidak memilik arti ruhiyyah.
Selanjutnya perjuangan Kartini, banyak disalahartikan oleh wanita-wanita Indonesia, dan telah dimanfaatkan oleh pejuang-pejuang Feminisme untuk menipu para wanita, agar mereka beranggapan bahwa perjuangan Feminisme memiliki akar di negerinya sendiri, yaitu perjuangan Kartini. Sehingga, muncul persepsi bahwa kebangkitan wanita perlu dilakukan dan ditingkatkan dengan menggunakan nama Kartini. Namun sayang, perjuangan wanita Indonesia kebanyakan telah menyimpang dari perjuangan Kartini, mereka berusaha menyaingi laki-laki dalam berbagai hal, yang kadangkala sampai di luar batas kodrat mereka sebagai wanita. Tanpa mereka sadari, wanita-wanita Indonesia telah diarahkan kepada perjuangan Feminisme dengan membawa ide-ide Kapitalisme–Sosialisme, yang pada akhirnya menjerumuskan wanita-wanita itu sendiri, bahkan membawa kehancuran bagi masyarakat dan negaranya. Hal ini disebabkan, mereka meninggalkan tugas utama sebagai ummun wa robbatul bait (ibu dan pengatur Rumah tangga) dan posisi mereka sebagai muslimah yang harus terikat dengan hukum-hukum syara’. Mereka telah terbelenggu kepada perjuangan yang bersifat individual dan semata-mata mendapatkan kemaslahatan.
Disinilah menjadi suatu keharusan, untuk meluruskan peran wanita (khususnya muslimah) dalam usaha untuk mengembalikan kehidupan yang hakiki yang didasarkan kepada Islam sebagai dîn yang Syamil dan Kamil. Perjuangan muslimah untuk kebangkitan ummat yang hakiki tidak bisa dilepaskan dari perjuangan dengan laki-laki, karena untuk mewujudkan masyarakat Islam, dimana di dalam masyarakat itu terdiri dari laki-laki dan perempuan, mengharuskannya berjuang bersama-sama, tidak terpisah-pisah dan bersaing satu sama lain.
Selain itu, perjuangan muslimah tidak hanya untuk skala Indonesia saja, karena umat Islam itu satu tubuh dan syari’atnya satu, nabinya satu dan Tuhannya satu. Sehingga, seharusnya target penegakan masyarakat yang Hakiki, adalah untuk seluruh ummat di dunia. Indonesia adalah salah satu tempat untuk mewujudkan terjadinya kebangkitan ummat yang hakiki, dengan didasarkan kepada apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Sehingga menjadi suatu hal yang penting, muslimah bersama dengan laki-laki muslim bergerak dalam satu gerakan, yang memilik kejelasan pemahaman tentang pemikiran-pemikiran Islam (fikrah) dan metode (thariqah) untuk mewujudkan kebangkitan ummat yang hakiki yaitu kebangkitan Islam untuk diterapkan hukum-hukum Allah di muka bumi ini. Selain itu, aktivitas muslimah untuk terlibat mewujudkan kebangkitan yang hakiki jangan sampai meninggalkan kodratnya sebagai wanita dan fungsi utamanya sebagai ummun wa robbatul bait. Disinilah dituntut bagi muslimah, untuk mampu mengatur diri dan melaksanakan konsep aulawiyyat (prioritas) dalam aktivitasnya, sehingga tidak membawa kemudhorotan bagi diri, keluarga, masyarakat dan negaranya. Semoga tulisan ini dapat membantu para muslimah untuk dapat ikut berjuang mewujudkan kebangkitan ummat yang hakiki, tentu bersama dengan keyakinan akan pertolongan Allah SWT. Amîn.


Source http://goo.gl/8sKuiL

Selasa, 29 Juli 2014

Fatwa Golput: Isyarat Gagalnya Demokrasi

Selasa, Juli 29, 2014 Posted by ./rex No comments
Beberapa waktu yang lalu, masyarakat dikejutkan dengan fatwa baru MUI hasil ijtima ulama di Padang Panjang awal tahun 2009, yaitu 2 fatwa yang muncul ke permukaan, yaitu fatwa haramnya rokok (dengan beberapa catatan) dan fatwa haramnya golput (golongan putih) atau golongan yang tidak menggunakan hak pilihnya ketika proses pemilihan umum. Dikutip dari naskahnya, fatwa itu berbunyi sebagai berikut:
  • Pemilihan umum dalam pandangan Islam adalah upaya untuk memilih pemimpin atau wakil yang memenuhi syarat-syarat ideal bagi terwujudnya cita-cita bersama sesuai dengan aspirasi umat dan kepentingan bangsa.
  • Memilih pemimpin dalam Islam adalah kewajiban untuk menegakkan imamah dan imarah dalam kehidupan bersama.
  • Imamah dan imarah dalam Islam menghajatkan syarat-syarat sesuai dengan ketentuan agama agar terwujud kemashlahatan dalam masyarakat.
  • Memilih pemimpin yang beriman dan bertakwa, jujur (siddiq), terpercaya (amanah), aktif dan aspiratif (tabligh), mempunyai kemampuan (fathonah), dan memperjuangkan kepentingan umat Islam hukumnya adalah wajib.
  • Memilih pemimpin yang tidak memenuhi syarat-syarat sebagaimana disebutkan dalam butir 1 (satu) atau tidak memilih sama sekali padahal ada calon yang memenuhi syarat hukumnya adalah haram.
Selanjutnya fatwa ini diikuti dengan dua rekomendasi, yakni: (1) Umat Islam dianjurkan untuk memilih pemimpin dan wakil-wakilnya yang mengemban tugas amar makruf nahi munkar; (2) Pemerintah dan penyelenggara pemilu perlu meningkatkan sosialisasi penyelenggaraan pemilu agar partisipasi masyarakat dapat meningkat, sehingga hak masyarakat terpenuhi.

Di masyarakat dan kalangan politik pun muncul pro dan kontra ataskeputusan, ini. Nah, to the point, sampai saat ini saya juga belum mendapatkan detail dalil yang dipakai oleh MUI untuk menelurkan fatwa ini, tetapi kita akan sedikit membahas, seperti apa indikasi yang ditunjukkan oleh fatwa ini.

Pertama, kita harus memahami terlebih dahulu, bahwa pemilu itu sendiri ada 2 jenis, yaitu pemilu legislatif dan pemilu pemimpin. Pemilu legislatif dalam Islam adalah akad wakalah, atau akad perwakilan, yang mempunyai 4 rukun yaitu adanya: yang mewakilkan, wakilnya, perkara yang diwakilkan, dan ucapan (redaksi) perwakilan. Jika semua rukunnya dipenuhi maka akad perwakilannya sah, apabila salah satunya tidak dipenuhi, maka akadnya menjadi tidak sah (bathil).

Yang menjadi masalah, dalam memilih wakil rakyat yang akan duduk di kursi legislatif, akad perwakilan ini menjadi bathil, karena ada satu rukun yang bermasalah, yaitu rukun “perkara yang diwakilkan”. Ketika kita mewakilkan kepada wakil rakat, maka wakil rakyat itu nantinya akan melakukan tugasnya atas perwakilan dari kita, apa saja tugas wakil rakyat: (1)fungsi legislasi (membuat hukum), (2)fungsi anggaran, dan (3)fungsi mengoreksi penguasa. Dalam pandangan Islam,hak membuat hukum hanyalah milik Allah semata, sehingga tidak diperbolehkan bagi manusia untuk melakukan fungsi itu

Sesungguhnya hukum itu hanyalah hak Allah (TQS Yusuf [12]: 40)

Singkatnya, ketika kita memilih wakil rakyat, sesungguhnya kita sedang memberikan perwakilan pada mereka untuk melakukan dosa yangsangat besar, yaitu membuat hukum bagi manusia, atau menjadi tandingan Allah sebagai satu-satunya yang layak untuk membuat hukum. Ini perkara yang sangat bathil

Dan siapa yang tidak berhukum dengan aturan yang telah diturunkan oleh Allah, maka itulah orang-orang yang kafir (TQS al-Maaidah [5]: 44)

Adapun pemilihan pemimpin, maka ini adalah perkara yang wajib didalam Islam, dan Islam mengharuskan adanya pemimpin bagi jama’ah kaum muslim. Dan sangatlah tegas, di dalam Islam, pemimpin yang dimaksud adalah pemimpin yang ta’at pada Allah dan Rasul-Nya serta memimpin dengan al-Qur’an dan as-Sunnah.

Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, dan taatilah Rasul, dan ulil amri (pemimpin) diantara kalian, dan bila kalian berselisih tentang segala sesuatu,maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (as-Sunnah), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hal seperti itu lebih utama dan lebih baik akibatnya (TQS an-Nisaa [4]: 59)

dan pemimpin ini pun telah dibatasi oleh rasulullah baik jumlahnya maupun sistemnya, pemimpin yang dimaksud wajib untuk mengadakan dan mengangkatnya disini adalah khalifah yang satu untuk seluruh kaum muslim, sebagaimana yang dimaksud dalam hadits rasulullah saw.

Dulu Bani Israil diurus urusannya (tasusu) oleh para Nabi. Setiap kali seorang Nabi meninggal, Nabi yang lain menggantikannya. Sesungguhnya tidak ada Nabi sesudahku dan akan ada para khalifah, yang berjumlah banyak” Para sahabat bertanya “Lalu apa yang engkau perintahkan kepada kami?” Nabi saw. Bersabda: “Penuhilah baiat yang pertama saja dan yang pertama saja (satu khalifah suntuk seluruh kaum muslim), dan berikanlah kepada mereka hak mereka (ketaatan). Sesungguhnya Allah akan meminta pertanggungjawaban mereka atas apa saja yang mereka urus (HR. Bukhari)

Sehingga dapat kita fahami, dalam dalil-dalil diatas dan masih banyak lagi dalil yang lainnya,maka pemimpin yang dimaksud dalam Islam adalah pemimpin yang satu untuk seluruh muslim, menerapkan al-Qur’an dan as-Sunnah dalam suatu bingkai sistem kepemimpinan yang dinamakan khilafah. Inilah yang wajib untuk diadakan dan diperjuangkan.

Fakta yang terjadi saat ini, pemimpin yang dipilih dalam sistem sekuler (sistem yang dipakai hampir di seluruh dunia, termasuk negeri kita), adalah pemimpin yang akan menerapkan hukum sekuler, yaitu thaghut pengganti hukum Allah. Fungsi pemimpin dalam sistem tidak ubahnya seperti masinis yang menjalankan keretanya, rel dan tujuannya takkan pernah berubah walau pemimpinnya soleh. Atau mudahnya, ketika kita memilih pemimpin untuk menerapkan sistem thaghut ini, maka sesungguhnya kita telah berkontribusi pada setiap penyelewengan syariah yang dilakukan oleh pemimpin.

Bila MUI lalu menyampaikan bahwa haram golput selama masih ada pemimpin yang amanah, pertanyaan kita, adakah pemimpin yang amanah yang mau memperjuangkan syari’at Islam?! jangankan memperjuangkan, adakah yang terbuka dengan jelas mengatakan keinginannya untuk mengambil amanah dari Allah untuk memperjuangkan syari’at Islam?! Padahal dengan jelas amanah yang dimaksud dalam al-Qur’an yaitu menjadi pengelola di bumi dengan apa yang Allah berikan yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanatkepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia (TQS al-Ahzab [33]: 72)

Berdasarkan semua dalil diatas, jika pemimpin ini adalah pemimpin yang tidak menerapkan Islam (al-Qur’an dan as-Sunnah), dan tidak menggunakan bingkai sistem khilafah untuk seluruh kaum muslim, maka bukan seperti ini pemimpin yang diwajibkan oleh Islam untuk mengangkatnya.

Kedua, fatwa golput ini setidaknya menunjukkan beberapa indikasi, yaitu :

  • tekanan yang besar kepada pihak MUI untuk merealisasikan fatwa golput ini, sehingga fatwa dikeluarkan tanpa melihat dasar hukum dan kondisi tempat berlakunya fatwa. Ilustrasinya begini, ada seseorang yang berada di diskotik dimana pemimpinnya adalah DJ, kemudian ketika terjadi protes kepada DJ lantas ada orang lain yang menyerukan “taat pada pemimpin adalah wajib!”. Sama seperti kondisi saat ini, hukum dan dalil Islam diterapkan pada kondisi dan dasar sekuler.
  • indikasi bahwa demokrasi telah gagal mengatur dan mengelola ummat, ummat semakin menyadari, bahwa pemilu lima tahunan ini dan pemilu apapun bentuknya adalah sebuah siasat untuk memperdaya dan seolah-olah bertindak atas nama ummat, pemilu hanya digunakan untuk mendapatkan legitimasi dari ummat, padahal ummatlah yang paling dirugikan dengan semua keputusan yang diatasnamakan ummat. Demokrasi sesungguhnya hanyalah sebuah slogan persamaan, slogan yang seolah menaruh ummat pada posisi utama, dan ummat sudah menyadari bahwa demokrasi tidak lebih adalah propaganda yang hanya ada ketika kampanye saja. 
  • golput juga menunjukkan suatu pertanda keputusasaan elit politik yang tidak pernah melakukan proses edukasi kepada masyarakat, sehingga ini termasuk langkah panik mereka. yaitu menggunakan kekuasaan dan persuasi agama, yang lucunya agama itu selalu mereka kesampingkan ketika beraktivitas di parlemen. buruknya kinerja partai politik, parlemen dan pemerintah harusnya yang menjadi perhatian, bukan ummat Islam yang golput, karena golputnya ummat adalah karena korban buruknya kinerja partai, parlemen dan pemerintah. 

Maka sesungguhnya tidak ada tempat berharap bagi kaum muslim kecuali kepada sistem yang Allah turunkan yaitu sistem Islam yang berbasis pada ak-Qur’an dan as-Sunnah. Marilah tetap pada perjuangan semula, menegakkan kepemimpinan Islam yang menerapkan Islam, yang bangga kepada Islam dan mencintai ummat Islam sebagaimana ummat Islam mencintai mereka. Maka ini tidak akan didapat, kecuali dalam bingkai daulah khilafah rasyidah.

wallahu a’lam bi ash-shawab



Source http://goo.gl/aVen8k

Peran Muslimah Dalam Kebangkitan Islam

Selasa, Juli 29, 2014 Posted by ./rex No comments
Dunia itu adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah. (HR Muslim)

Indikasi suatu orang, kelompok atau bangsa dikatakan bangkit adalah jika ia bisa menyelesaikan permasalahan hidupnya sendiri dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada disekitarnya dan posisi orang, kelompok atau bangsa tersebut relatif lebih tinggi dibandingkan yang lainnya. Indikasi kebangkitan bukanlah banyaknya materi, tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan, karena itu adalah hasil daripada kebangkitan. Dikatakan hasil daripada kebangkitan karena hal-hal yang disebutkan diatas adalah buah dari proses berfikir yang diwujudkan dalam suatu aktivitas. Sehingga kebangkitan itu sendiri bisa diartikan dengan peningkatan taraf berfikir.

Tingkat taraf berfikir seorang manusia akan menentukan caranya dalam memecahkan permasalahan yang dialaminya didalam hidup. Tingkatan taraf berfikir ini dapat terlihat jelas ketika kita mengamati perbedaan cara hidup manusia di abad lampau dibandingkan dengan manusia abad modern. Dan selama manusia, kelompok atau bangsa tidak mempunyai cara berfikir khas yang dapat memecahkan seluruh permasalahan hidupnya, maka ia tidak bisa dikatakan bangkit. Walaupun harta yang ia miliki berlimpah, tingkat pendidikannya tinggi dan kesejahteraan hidupnya tinggi.

Dan Islam, sebagai sebuah pandangan hidup sekaligus cara berfikir yang khas, telah menyediakan semua solusi untuk berbagai permasalahan yang ada pada manusia untuk seluruh zaman dan pada semua tempat. Dengan kata lain, jika Islam diterapkan secara sempurna, maka pastinya kaum muslim meningkat taraf berfikirnya dan akan mampu memecahkan segala permasalahan hidupnya. Dan Islam diturunkan untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, dengan sesamanya serta dirinya sendiri. Sebagai makhluk ciptaan Allah swt., dalam beberapa hal pria dan wanita memiliki hak dan kewajiban yang sama. Misalnya mereka sama-sama wajib memenuhi ibadah kepada Allah swt., sama-sama wajib untuk mencintai Allah dan rasul-Nya lebih daripada yang lainnya serta sama-sama wajib dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Mereka sama-sama berhak mendapatkan surga, sama-sama berhak untuk didengarkan pendapatnya dan yang lainnya. Selain memberikan hak dan kewajiban yang sama, Allah juga memberikan keistimewaan kepada masing-masing pria dan wanita dalam rangka mengabdi kepada-Nya dalam kehidupan dunia. Allah menciptakan keistimewaan ini bukanlah untuk menjadi alasan yang satu untuk meremehkan yang lain, tetapi supaya satu sama lain saling melengkapi dan menyadari bahwa mereka tak bisa hidup secara normal tanpa kehadiran yang lainnya. Untuk menyadari ayat Allah.

Pria dan wanita memang diciptakan berbeda. Diketahui akhir-akhir ini, otak pria dan wanita adalah rancangan sempurna dengan keunikan masing-masing. Misalnya dalam kasus pria, otak kiri mereka berkembang lebih baik daripada otak kanan mereka. Lain pada wanita, otak kanan dan kiri mereka berkembang hapir sama baiknya, walaupun pertumbuhan otak kanan wanita tidak sebaik pria. Inilah yang menyebabkan banyak fenomena yang terjadi disekeliling kita yang terasa begitu aneh. Ini menjelaskan kenapa pria berbakat memarkir mundur kendaraan sedangkan wanita tidak, menjelaskan kenapa pria selalu mendapatkan nilai yang baik pada logika matematika, menjelaskan kenapa pria hanya bisa melakukan suatu hal pada suatu waktu sedangkan wanita bisa lebih. Dan ini juga menjelaskan mengapa wanita lebih telaten daripada pria, menjelaskan mengapa wanita lebih tajam instingnya daripada pria. Semua itu karena pria dan wanita berbeda. Ini sunatullah. Oleh karena itu pandangan para feminisme yang ingin menyamakan pria dan wanita dalam semua hal adalah pandangan yang utopis, karena tidak sesuai dengan fakta. Kasarnya, tidak masuka akal, tambahan lagi, pandangan ini diawali dari cara berfikir yang sama sekali salah.

Kesalahan berfikir utama para feminis adalah mereka menjadikan tolak ukur keberhasilan dan kesuksesan bagi pria sebagai tolak ukur keberhasilan dan kesuksesan bagi wanita. Misalnya, para feminis mengatakan seseorang wanita bisa dikatakan berhasil dan sukses jika mereka bisa menghasilkan uang, mempunyai kedudukan tinggi, mempunyai posisi yang tinggi, kuat secara fisik, dan lain-lain. Mereka lupa jika memang pria dan wanita berbeda. Dan hal ini lah yang tidak boleh diulangi oleh kaum muslim dan muslimah dalam menyongsong kebangkitan.

Seperti yang telah kita ketahui, Allah swt telah melebihkan pria atas wanita dalam sal-hal tertentu, dan melebihkan wanita atas pria dalam hal-hal tertentu pula. Dan hal yang paling baik dilakukan oleh muslimah dalam rangka menyongsong kebangkitan aadalah dengan berusaha mengembangkan dan mempertajam keahlian mereka dalam hal-hal yang memang telah dilebihkan Allah atas mereka, tanpa mengabaikan kewajiban-kewajiban mereka yang lain. Saya ambil contoh dalam hal politik praktis. Dalam masalah ini umumnya pria lebih baik melakukannya ketimbang wanita, why? because men designed for it, walaupun wanita tentu harus mengerti politik praktis. Dalam kasus mengurus anak dan rumah tangga, umumnya wanita selalu lebih baik daripada pria, dan lebih suka melakukannya, why? because women designed for it, walaupun pria tentu harus mengerti pula cara mengurus anak dan rumah tangga.

Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (TQS an-Nisaa’ [4]:32)

Nah, berdasarkan hal itu, maka sebagai seorang wanita muslim, yang benar-benar menginginkan kebangkitan Islam, maka ada Allah telah memberikan tempat dimana mereka bisa berperan dalam menyongsong kebangkitan Islam.

1. Menjadi panutan bagi kaum dan lingkungan tempat tinggalnya
Dalam hidupnya, wanita juga wajib berda’wah dan menyerukan Islam di komunitas dimana ia berada, da’wah dalam artian ini adalah mengajak orang agar cenderung kepada Islam. Tetapi yang perlu digarisbawahi disini adalah pengkhususan da’wah wanita. Seorang wanita mempunyai keistimewaan penyampaian ”hati ke hati”, seorang wanita harus menjalankan peran pengemban da’wahnya lebih kepada masalah-masalah yang disitu melibatkan kaumnya. Ia mestilah lebih faham dalam hal-hal kewanitaan, walaupun tidak mengabaikan hal-hal yang lain. Selain itu seorang wanita mestilah menjadi contoh di lingkungan tempat ia berada, tidak eksklusif, berusaha memahami masyarakat tempat ia tinggal, berbaur dan melebur dengannya, tanpa mengorbankan hal prinsipal yang ia anut.

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (TQS an-Nahl [16]:125)

2. Menjadi shahabat bagi suaminya
Banyak sekali hadits yang mengabarkan tentang pentingnya peran wanita dalam rumah tangga, khususnya perannya menjadi shahabat bagi suaminya. Hal ini berarti bahwa wanita yang telah dan akan menjadi istri sangatlah besar pengaruhnya pada aktivitas sang suami. Kita bisa melihat banyak sekali shahabat dan tokoh-tokoh besar, mereka pastilah memiliki pasangan hidup yang luar biasa. Nabi Muhammad juga memiliki pendukung yang sangat luar biasa. Dengan kata lain, walaupun secara tidak langsung, peran wanita dalam mengingatkan, melayani, dan menemani suaminya sangat besar sekali sumbangsihnya dalam kebangkitan Islam dan kaum muslimin. Bayangkan, bagaimana bisa seorang suami, yang nyata-nyata punya peran strategis di dalam da’wah menuju kebangkitan akan luar biasa pada da’wahnya seandainya ia tidak menemukan ketenangan pada istrinya.

Ingatlah, aku telah memberitahu kalian tentang istri-istri kalian yang akan menjadi penduduk surga, yaitu yang penyayang, banyak anak, dan banyak memberikan manfaat kepada suaminya; yang jika ia menyakiti suaminya atau disakiti, ia akan segera datang hingga berada di pelukan suaminya, kemudian berkata,
”Demi Allah, aku tidak bisa memejamkan mata hingga engkau meridhaiku”
(HR Baihaqi)

Ada seorang wanita yang pernah meminta izin kepada Nabi saw. untuk turut serta berjihad. Ia berkata, ”Wahai rasulullah, aku diutus oleh kaum wanita untuk menghadap kepadamu, sebagai wakil mereka dalam berjihad, yang telah ditetapkan oleh Allah kepada kaum laki-laki. Apabila mereka menang (dalam jihad), mereka akan beroleh pahala (ganjaran); jika mereka gugur, mereka akan mendapatkan kemuliaan disisi Allah. Sementara itu, kami adalah kaum wanita. Apabila kami membantu kaum laki-laki (dalam berjihad), apakah kami akan beroleh pahala?” Nabi saw. menjawab, ”Sampaikanlah salamku kepada kaum wanita yang mengutusmu. Menaati suami dan menjalankan semua perintahnya adalah sama pahalanya dengan orang yang berjihad. Sayangnya mereka banyak yang tidak menjalankan hal ini.” (HR al-Bazzar)

3. Menjadi teman bagi anak-anaknya.
Kata-kata ”wanita adalah tiang suatu negara” tampaknya bukanlah sesuatu yang berlebihan, bahkan saya katakan ”wanita adalah tiang peradaban”. banyak sekali hadits yang mengabarkan keutamaan wanita. Ini bisa dilihat pada fungsi seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya. Anak adalah cerminan orangtua, seorang anak yang besar biasanya lahir dari keluarga yang baik. Dan ibu memegang peranan yang sangat penting dalam pengajaran ini. Oleh Allah swt. seorang ibu telah ditempatkan pada kemuliaan yang sangat tinggi menyangkut masalah pendidikan anak. Itulah mengapa tolak ukur seorang anak ditentukan dari ibunya. Bahkan penelitian yang sekarang ada menemukan bahwa anak-anak yang kurang atau mendapatkan belaian dan pelukan dari ibunya akan lebih mudah terserang penyakit daripada yang sering dibelai dan dipeluk ibunya. Pendidikan yang baik sejak dini akan melahirkan generasi yang taat pada Allah dan merindukan tegaknya Islam. Itu adalah sebuah kepastian.

Dari Abdullah bin Umar ra dikatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, “….dan seorang istri adalah pemimpin bagi rumah suami dan anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban tentang mereka..” (HR Bukhari Muslim)

Dari Abu Hurairah dikatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik wanita yang mengendarai unta adalah wanita Quraisy”. Dalam riwayat lain disebutkan, “Wanita Quraisy yang saleh adalah wanita yang sangat menyayangi anaknya yang masih kecil dan sangat menjaga suaminya dalam soal miliknya.” (HR Bukhari)

Walhasil, peran seorang muslimah dalam menyongsong kebangkitan ummat sangatlah luar biasa dan mulia. Peran tersebut memang sebuah peran yang luar biasa berat, eleh karena itulah peran ini haruslah ditanggung dan dilaksanakan secara berjama’ah, dan bersama-sama. Dan yakinlah bahwa kita adalah ummat terbaik yang telah dilahirkan diantara manusia, dan apa-apa yang Allah wajibkan kepada muslimah pastilah dapat dikerjakan karena sesungguhnya secara fitri setiap muslimah telah dilengkapi dengan keistimewaan-keistimewaan tertentu untuk meraih kemuliaan yang telah dijanjikan Allah. Oleh karena itu. tolok ukur berhasil atau tidak peran wanita dalam kebangkitan mestilah diukur dengan tolok ukur yang Islami dan khusus buat wanita, dan tidak boleh dengan tolok ukur yang lain. Ketila pria dan wanita sama-sama menjalankan peran mereka, maka dengan pembinaan yang intensif, pengopinian yang kontinu dan pembentukan jaringan yang kokoh, maka akan terjadi peningkatan taraf berfikir dalam masyarakat dan insya Allah Islam akan bangkit.

Akhir al-kalam, peran seorang muslimah dalam menyongsong kebangkitan adalah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjadi wanita shalihah. Wanita yang akan dicintai dan disayangi oleh Allah dan rasul-Nya, orangtua dan keluarganya, shahabat-shahabatnya, suaminya dan anak-anaknya. Itu adalah jaminan Allah. Tidak ada kata terlambat, persiapkan diri sejak saat ini. Amiin.

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (TQS ali-Imraan [3]:110)

wallahu a’lam bi ash shawab


Source http://goo.gl/MnMmIj

Hidup Ini Pilihan, Atau Takdir?

Selasa, Juli 29, 2014 Posted by ./rex No comments
Ya sudahlah.. percuma aku berusaha lebih keras lagi, ini sudah takdirku…

Untuk apa menda’wahkan Islam untuk memperbaiki ummat?!
kenyataan bahwa kaum muslim kini terpuruk sudah takdir yang diberikan Allah…

Semua penderitaan kita sudah tertulis di Lauh al-Mahfudz,
jadi walaupun kita terus berjuang merubah kemunkaran, tidak akan ada yang berubah!

Sudah garis tangannya si fulan untuk menjadi ustadz yang paham agama,
sedangkan aku garis tangannya menjadi pengusaha,
oleh karena itu bukan urusanku untuk menyampaikan agama Islam..

Rizki itu di tangan Allah, semua sudah ditentukan sebelum kita dilahirkan di dunia,
jadi jangan kuatir dengan rizki, kalau memang rizki itu milik kita,
ia akan datang walaupun kita tidak mengusahakannya…

Kegagalan saya bukanlah kesalahan saya, melainkan sudah takdir dari yang Maha Kuasa…

Kata-kata takdir seringkali membatasi manusia dari melakukan yang terbaik dari dirinya, menjadi yang terbaik, dan merubah sesuatu yang berada di depannya. Kata ini seolah-olah menjadi legitimasi bagi seseorang untuk melakukan aktivitasnya secara minimalis dan menjadi alasan khususnya bagi kaum muslim untuk menghindar dan mengelak dari seruan Tuhan mereka. Kesalahan pandangan terhadap konsep takdir biasanya dimulai dari tidak tepatnya seseorang mengartikan ketiga hal yang berkaitan dengan Allah, yaitu Ilmu Allah, Kehendak Allah dan Lauh al-Mahfudz. Mereka yang berpandangan salah tentang konsep takdir merasa bahwa apa yang mereka lakukan dan yang terjadi di dunia sudah diketahui oleh Allah sebagai yang Maha Tahu, sudah dikehendaki Allah sebagai yang Maha Berkehendak serta sudah tertulis di dalam Lauh al-Mahfudz. Sehingga sebagai manusia, makhluk yang terbatas, mereka merasa terpaksa berada dalam kondisi yang memang sudah ditentukan oleh yang Maha Kuasa. Padahal ketiga hal tersebut, yaitu Ilmu Allah, Kehendak Allah dan Lauh al-Mahfudz tidak boleh sekali-kali dicampuradukan dengan pembahasan takdir, karena tidak seorangpun yang mengetahui ilmu Allah, seperti apa Allah berkehendak atas dirinya, dan juga tidak mengetahui apa yang tertulis di dalam Lauh al-Mahfudz.

Ada sebuah ilustrasi yang sangat masyhur, adalah seorang pencuri yang tertangkap dimasa pemerintahan Islam sedang jaya-jayanya. Sang pencuri ini tengah diproses oleh seorang Hakim. Lalu si pencuri berkata membela diri ”Wahai tuan hakim, sungguh tidak pantas tuan menghukum saya”, dia melanjutkan ”karena apa yang saya lakukan ini sesungguhnya sudah diketahui oleh Allah dan Allah membiarkannya (mengizinkannya), dan sesungguhnya Allah-lah yang berkehendak atas terjadinya pencurian ini, dan kita semua tahu, di Lauh al-Mahfudz sesungguhnya telah tertulis semua aktivitas kita dari mulai dilahirkan sampai kita menemui ajal, termasuk pencurian ini sesungguhnya telah tertulis di kitab tersebut, sehingga tidak pantas tuan hakim menjatuhkan hukuman kepada saya, karena perbuatan ini bukan karena kehendak saya”. Hakim tersebut lalu berfikir tentang hal tersebut, setelah lama berfikir akhirnya ia mengeluarkan keputusan untuk menghukum si pencuri itu. ”Baik, masukkan dia kedalam sel penjara!”, ujarnya. Si pencuri protes kepada tuan hakim dengan penjelasannya yang panjang lebar tadi, yang intinya adalah pencurian itu bukan kehendaknya tetapi kehendak Allah, atau sudah nasibnya. Sang hakim pun berkata dengan tenang ”Sebenarnya saya tidak mau menjatuhkan hukuman kepadamu, tetapi bagaimana lagi, ini juga kehendak Allah, dan di Lauh al-Mahfudz juga sudah tertulis pada hari ini dan waktu ini saya mengeluarkan hukuman penjara bagimu!”

Ilustrasi diatas memberikan kita kejelasan, bahwa si pencuri mencoba mencampuradukkan Ilmu Allah, Kehendak Allah dan Lauh al-Mahfudz dalam pembahasan takdir, sehingga pembahasan takdir menjadi kacau. Dan sampai sekarangpun masih banyak kelompok atau individu yang salah memahami konsep takdir, sehingga termasuklah mereka kedalam kaum fatalis, yaitu kaum yang menganggap bahwa manusia seperti daun yang terombang ambing di permukaan air, dengan kata lain, manusia tidak mempunyai pilihan untuk mengarahkan hidupnya. Kaum fatalis ini menganggap masuknya manusia kedalam surga ataupun kedalam neraka sesungguhnya telah ditentukan sejak awal, dan manusia tidak memiliki kekuatan untuk mengubahnya.

Sehingga, jika kita menginginkan untuk berfikir efektif dan produktif, hendaknya kita tidak boleh mencampuradukkan pembahasan takdir dengan Ilmu Allah, Kehendak Allah dan Lauh al-Mahfudz. Tidak kita sangsikan bahwa Allah pasti mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada dunia yang diciptakan-Nya, ia juga mengetahui semua perbuatan hamba-Nya, baik yang telah kita perbuat, yang sedang kita buat maupun yang akan kita perbuat. Dan kita pun tahu bahwa apa pun yang menjadi kehendak Allah pastilah terjadi diatas muka bumi ini. Kita pun yakin bahwa semua perbuatan kita dari lahir hingga mati sesungguhnya telah tertulis di Lauh al-Mahfudz. Tetapi, semua itu tidak berarti kita tidak bisa memilih apa yang kita perbuat. Sebagai contoh, Allah sudah mengetahui dan berkehendak Anda membaca artikel ini. di Lauh al-Mahfudz pun sudah tertulis, pada tanggal ini jam sekian Anda membaca sampai pada pembahasan takdir ini. Tetapi Anda juga ingat bahwa ketika berada di website ini Anda bisa memilih dengan bebas apakah artikel ini ataukah artikel lain yang Anda baca. Dengan kata lain, Anda memiliki pilihan untuk melakukan sesuatu, memilih sesuatu dan menjadi sesuatu. Kehendak bebas atau kesempatan memilih yang diberikan Allah kepada manusia inilah yang akhirnya melahirkan konsekuensi logis, yaitu pertanggungjawaban manusia atas perbuatan-perbuatan yang dipilih olehnya. Pertanggungjawaban ini di akhirat kita sebut dengan prosesi hisab. Di dunia pun, sudah sewajarnya bila kita dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipilihnya.

Pada seorang individu, selain perbuatan-perbuatan atau kejadian-kejadian yang bisa dipilih dan berada di dalam kendali manusia untuk memilihnya, ada juga kejadian-kejadian dimana manusia tidak mempunyai pilihan atasnya, dan dipaksakan terjadi atas manusia itu, serta sudah ditetapkan atas manusia, baik dia suka maupun tidak, misalnya manusia pasti akan mati, wanita memiliki kemampuan melahirkan, pria memiliki kecenderungan kepada wanita, matahari terbit dari timur dan terbenam di barat, bencana alam yang terjadi dan lain-lain. Dalam hal ini, Allah tidak memberikan ruang kepada manusia untuk memilih, sehingga apapun yang terjadi, manusia tidak perlu atau tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang terjadi, karena hal itu tidak dapat dipilihnya. Di dunia pun anda tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas hal yang tidak bisa anda pilih. Misalnya, tidak seorang pun bertanya kepada Anda, kenapa anda adalah seorang pria? atau bertanya kepada Anda, mengapa matahari terbit dari timur? Mengapa manusia akan mati?. Sekali lagi, dalam hal yang tidak bisa kita pilih, kita tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang terjadi pada diri kita maupun orang lain.

Sederhananya adalah, kejadian-kejadian yang terjadi pada manusia bisa dikelompokkan dalam dua bagian. bagian pertama adalah kejadian yang terjadi pada diri manusia yang dapat dipilih, bagian kedua adalah kejadian yang terjadi pada diri manusia yang tidak dapat dipilih, atau dipaksa terjadi atasnya. Pada bagian pertama, kita bisa memilih perbuatan atau kejadian sesuai keinginan kita, karena itulah kejadian itu akan dimintai pertanggungjawaban. Hal ini berarti, menjadi rajin ataupun menjadi malas, menjadi orang yang amanah atau yang khianat, menjadi seorang pemarah atau penyabar, menaati perintah Allah atau membangkangnya adalah sesuatu yang dapat kita pilih.

Sedangkan pada bagian kedua, kita dipaksa menerima kejadian itu dan tidak diberikan pilihan, inilah yang kita sebut takdir. Dan terhadap takdir atau ketetapan yang diberikan kepada kita, baik atau burauknya itu menurut kita, maka kita wajib mengimaninya, dan yakin bahwa itu yang terbaik untuk kita yang berasal dari Allah swt. Prakteknya dalam kehidupan sehari-hari, jika sesuatu terjadi atas kita ataupun terhadap orang lain, dan itu tidak dapat dipilihnya, maka kita tidak boleh protes atau mengeluh secara berlebihan, serta tidak boleh menyalahkan diri sendiri atas kejadian itu. Karena itu semua berasal dari Allah, dzat yang maha memberi ketetapan, dan apa yang diberikan oleh-Nya pasti baik.

Setelah pembahasan ini, kita menyadari bahwa tidak sepatutnya kita menyalahkan takdir atas kejadian-kejadian yang sebenarnya bisa kita pilih. Apa yang terjadi di masa yang lalu mungkin beberapa diantaranya termasuk dalam hal yang bisa kita pilih. Masa depan pun sesungguhnya bisa kita pilih, ingin menjadi apakah Anda?


Source http://goo.gl/NBk4yK
Back to Top